POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Lonjakan kasus Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan serius bagi Kota Samarinda.
Namun, di balik angka ribuan penderita, pemerintah daerah justru menunjukkan capaian positif, tingkat penemuan kasus di Kota Tepian berada di atas rata-rata nasional.
Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, Ismed Kusasih, menyebut strategi screening dini menjadi kunci.
“Kalau TBC hampir di seluruh Indonesia itu screening-nya rendah, penemuan penderita kasus TBC itu rendah, hampir di bawah 70 persen. Nah, di Samarinda kita cepat melakukan screening karena TBC sekarang penanganannya merupakan program prioritas Bapak Presiden Prabowo,” jelasnya.
Data Dinas Kesehatan mencatat, sepanjang 2024 terdapat 4.042 kasus TBC dari 16.689 warga yang diperiksa dengan angka kematian 145 jiwa.
Sementara pada Januari-Agustus 2025, ditemukan 1.645 kasus baru dari 11.447 terduga TBC.
Hingga September 2025, tercatat 44 warga meninggal.
Pemerintah saat ini mendorong Active Case Finding (ACF) untuk mempercepat deteksi.
Program ini sejalan dengan Asta Cinta Presiden Prabowo yang menempatkan TBC sebagai prioritas nasional.
“Alhamdulillah di Samarinda penemuan kasus kita di atas 70 persen. Kuncinya adalah screen. Semakin cepat kita menemukan, semakin cepat kita obati,” tuturnya.
Selain itu, Ismed menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang pola penularan.
“TBC ini menular melalui pernapasan, jadi kebersihan, imunitas, dan penggunaan APD juga penting,” ujarnya.
Saat ini, 26 puskesmas di Samarinda telah melayani pengobatan TBC, termasuk rumah sakit dan klinik swasta.
“Dan jangan khawatir, kerahasiaan pasien kita jamin. Bahkan ada jam khusus untuk pelayanan tertentu,” pungkasnya. (*)