IMG-LOGO
Home Health Kaltim Kekurangan Ribuan Tenaga Kesehatan, DPRD Soroti Sebaran yang Tak Merata
health | umum

Kaltim Kekurangan Ribuan Tenaga Kesehatan, DPRD Soroti Sebaran yang Tak Merata

Mikhail - 14 Mei 2025 07:49 WITA
IMG
Andi Satya Adi Saputra, Anggota DPRD Kaltim. (ist)

POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Krisis tenaga kesehatan masih membayangi Kalimantan Timur.


Dari 188 puskesmas di seluruh provinsi, puluhan di antaranya kekurangan dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya.


DPRD Kaltim menilai kondisi ini perlu diatasi dengan strategi jangka pendek dan panjang.

Data Dinas Kesehatan Kalimantan Timur menyebutkan, 48 puskesmas masih kekurangan sembilan jenis tenaga kesehatan.


Mulai dari dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, hingga tenaga farmasi belum terpenuhi secara optimal.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, mengaku persoalan ini bukan hal baru.


Sebelum menjadi anggota dewan, ia pernah bertugas sebagai dokter.

“Kaltim itu butuh sekitar 4.000 dokter, sementara saat ini baru tersedia separuhnya. Itu pun sebarannya tidak merata,” ujar Andi.

Ia mendorong pemerintah menyusun dua skema solusi.


Dalam jangka pendek, kemitraan dengan kampus-kampus besar di luar daerah bisa mempercepat penempatan dokter ke wilayah yang masih kekurangan.


Sementara dalam jangka panjang, pemerintah perlu mengalokasikan beasiswa untuk anak-anak daerah agar menempuh pendidikan profesi kesehatan.

“Setelah lulus, mereka bisa diwajibkan kembali ke daerah asal untuk mengabdi. Ini penting terutama untuk wilayah 3T—tertinggal, terdepan, dan terluar,” ujarnya.

Andi juga menyoroti perlunya peningkatan sarana dan prasarana penunjang, terutama untuk mendukung digitalisasi layanan kesehatan.


Ia menyebut inisiatif Telemedicine dari Kementerian Kesehatan sebagai langkah positif, namun perlu dukungan infrastruktur dari pemerintah daerah agar bisa berjalan efektif di wilayah terpencil.

“Kalau di kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan, pelayanannya sudah cukup baik. Tapi di Kubar dan Mahulu, misalnya, masih sulit mengakses layanan kesehatan karena persoalan jarak,” tutupnya. (adv)