POJOKNEGERI.COM - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Armin memberikan tanggapannya terkait isu yang belakangan berkembang soal kewajiban pembelian buku “Mengubah Nasib” di sekolah.
Buku Mengubah Nasib ini merupakan biografi pribadi Ketua DPRD Kalimantan Timur Hasanuddin Mas’ud.
Armin, menegaskan bahwa praktik mewajibkan pembelian buku nonkurikulum tidak sejalan dengan prinsip dasar pendidikan.
“Buku di luar kurikulum tidak boleh diwajibkan. Saya sendiri sebagai dosen tidak pernah mewajibkan mahasiswa membeli buku tertentu. Saya hanya memberikan referensi, selebihnya mereka bebas memilih untuk membeli, mencari versi digital, atau membacanya di perpustakaan,” ujar Armin saat dikonfirmasi pada Kamis (4/9/2025).
Armin menambahkan bahwa penyediaan buku pelajaran, terutama di sekolah negeri, merupakan tanggung jawab pemerintah dan satuan pendidikan.
“Jika seragam dan makanan siswa saja bisa disediakan secara gratis, idealnya buku pun demikian. Jangan sampai timbul kesan ada unsur pemaksaan, apalagi jika penulisnya merupakan pejabat publik. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik kepentingan,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kemungkinan adanya imbauan terselubung di lingkungan sekolah yang mendorong siswa untuk membeli buku tersebut. Menurutnya, apabila buku tersebut tidak memiliki relevansi langsung dengan kurikulum, akan lebih baik jika disumbangkan ke perpustakaan sekolah agar bisa diakses secara sukarela oleh siswa.
“Jika ada unsur paksaan, hal itu bisa dianggap sebagai bentuk kampanye terselubung. Dunia pendidikan harus senantiasa menjaga netralitas,” tegas Armin.
Di sisi lain, Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud memberikan klarifikasi terkait beredarnya buku Mengubah Nasib di lingkungan sekolah. Ia menyatakan bahwa buku tersebut merupakan karya pribadi yang diterbitkan sekitar tahun 2020 atau 2021, dan ia tidak mengetahui adanya distribusi maupun penjualan buku tersebut di sekolah-sekolah.
“Itu adalah buku pribadi. Saat itu, Pak Armin sempat membaca dan tertarik untuk memperbanyak. Saya berikan satu eksemplar sebagai hadiah. Setelah itu, saya tidak tahu bagaimana proses penyebarannya. Saya juga tidak menerima royalti dari penjualan buku tersebut,” terang Hasanuddin.
Ia menegaskan bahwa isi buku tersebut bertujuan memberikan inspirasi, khususnya bagi kalangan muda, melalui kisah perjuangan pribadinya.
“Nasib seseorang tidak bisa diubah oleh orang lain, kecuali oleh dirinya sendiri. Jika buku ini bisa memberi motivasi bagi generasi muda, saya sangat bersyukur. Cukup dibaca saja, tidak perlu dibeli,” tutupnya.
(tim redaksi)