POJOKNEGERI.COM - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kebangsaan terkait gejala “The World Disorder and The Future of Our Civilization” yang digelar Institut Peradaban di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7).
Dalam pidatonya, SBY menyampaikan sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebab kejatuhan suatu negara kuat.
SBY mengatakan, negara yang kuat bisa mengalami keruntuhan jika pemimpinnya menempatkan diri di atas hukum dan rakyat.
"Kita kerap menyaksikan negara kuat jatuh, seolah-olah negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya," kata SBY.
SBY mencontohkan penguasa Perancis sebelum Revolusi Perancis pada 1789, di mana ada ungkapan "L'état, c'est moi" yang memiliki 'arti negara adalah saya, hukum adalah saya, dan suara rakyat adalah saya'.
SBY menilai kepemimpinan seperti itu menjadi contoh suatu peradaban akan jatuh.
"Kita ingat, penguasa Prancis sebelum revolusi Prancis di 1789, banyak yang absolut. Louis XIV, Louis XVI, bahkan dikatakan semua, negara adalah saya, hukum adalah saya, konstitusi adalah saya, keadilan adalah saya, suara rakyat adalah saya, jangan-jangan mengatakan Tuhan adalah saya. Ini yang sejarah melakukan koreksi terus-menerus dan terjadi banyak belahan bumi," katanya.
"Pandangan-pandangan ini menampakkan konfirmasi dalam analisis modern, pemikiran berjudul correct, mementingkan lima faktor utama, keruntuhan peradaban masyarakat, yaitu, mari kita cakap baik-baik, yang membuat peradaban jatuh," tambahnya.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu juga mengatakan sebuah peradaban bisa runtuh karena kerusakan lingkungan hingga perdagangan internasional.
SBY memandang negara bisa runtuh jika tidak pandai beradaptasi.
"Pertama, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, permusuhan dengan pertahanan, berkurangnya dengan mitra dagang, hati-hati dalam mengelola perdagangan internasional, karena selalu internal yang buruk terhadap krisis. Yang lain, menekankan bahwa peradaban tidak jatuh karena tantangan diri sendiri, tetapi karena kegagalan untuk belajar dan beradaptasi," katanya.
(*)