POJOKNEGERI.COM - Isu yang beredar terkait rencana akuisisi mayoritas saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akhirnya mendapat bantahan tegas dari pihak terkait.
CEO Danantara Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani secara langsung membantah kabar tersebut usai menghadiri rapat tertutup dengan Komisi XI DPR di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/8).
“Enggak ada,” jawab Rosan singkat saat ditanya wartawan mengenai rencana pengambilalihan 51% saham BCA oleh Danantara.
Ia kemudian menolak memberikan komentar lebih lanjut dan langsung meninggalkan lokasi.
Sebelumnya, rumor mencuat bahwa negara, melalui BPI Danantara, berencana melakukan pengambilalihan paksa saham mayoritas BCA, salah satu bank swasta terbesar di Indonesia.
Isu ini dikaitkan dengan sejarah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diterima BCA saat krisis moneter 1998, serta proses divestasi yang dianggap masih menyisakan persoalan hukum dan moral.
Namun, hingga saat ini tidak ada dokumen resmi maupun pernyataan pemerintah yang menguatkan narasi tersebut.
Menanggapi rumor ini, lembaga riset dan kebijakan finansial Infobank Policy Brief merilis laporan khusus yang menyoroti bahaya jika rencana akuisisi tersebut benar terjadi.
Laporan itu memuat delapan alasan utama mengapa wacana ini dinilai berisiko tinggi, antara lain: merusak kepercayaan pasar, pengkhianatan terhadap kedaulatan hukum, penjarahan kepemilikan masyarakat, mengirim risiko ke negara, dan mematikan inovasi perbankan.
Sejumlah pengamat ekonomi menilai wacana ini, meski masih sebatas rumor, sudah cukup untuk menciptakan ketidakpastian di sektor keuangan.
Mereka juga mengingatkan bahwa narasi akuisisi paksa terhadap entitas swasta seperti BCA dapat mengganggu stabilitas pasar modal dan merusak kredibilitas pemerintah dalam menjaga kepastian hukum dan investasi.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan tambahan dari pemerintah maupun pemegang saham mayoritas BCA terkait isu ini.(*)