POJOKNEGERI.COM, SAMARINDA - Kondisi Jembatan Mahakam di Samarinda kembali memicu kekhawatiran serius setelah insiden tabrakan tongkang batu bara untuk kedua kalinya dalam tahun ini.
Meskipun insiden ini berdampak langsung pada keamanan infrastruktur vital penghubung Samarinda Seberang dan pusat kota, hingga kini hasil investigasi dari Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim belum juga dirilis, padahal laporan resmi dijadwalkan keluar sejak 5 Mei 2025.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, mengungkapkan kekecewaannya atas keterlambatan ini yang dinilai dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap instansi terkait.
“Sudah dua kali ditabrak dan masih tanpa fender. Tanpa laporan resmi, masyarakat bertanya-tanya apakah jembatan ini masih layak dilewati. Ini soal keselamatan,” tegas Reza, Minggu (11/5).
DPRD Kaltim juga mendesak PT Pelayaran Mitra Tujuh Samudra, pemilik tongkang, untuk segera membangun kembali fender pelindung jembatan sebagai bentuk tanggung jawab dan meminta pengawasan ketat terhadap proses tersebut.
Sementara itu, Kepala BBPJN Kaltim, Hendro Satrio, menyatakan bahwa hasil investigasi masih dalam tahap pengolahan data lapangan.
“Masih diolah dan diproses,” ujarnya singkat melalui pesan tertulis.
Plt Kepala Dinas Perhubungan Kaltim, Irhamsyah, menambahkan bahwa investigasi dilakukan bersama Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ).
Ia juga menegaskan pembatasan kendaraan bertonase besar yang melintas di jembatan tersebut dan mengalihkan arus ke Jembatan Mahulu untuk mengurangi beban.
Dengan usia jembatan yang sudah lebih dari 30 tahun, proses penyelidikan dan perbaikan menjadi sangat penting demi memastikan keselamatan pengguna jalan.
Namun, hingga kini masyarakat Samarinda masih menanti kejelasan kapan laporan resmi akan dipublikasikan dan kapan tindakan perbaikan dapat dilakukan. (adv)