IMG-LOGO
Home Internasional Inggris, Australia, & Kanada Resmi Akui Negara Palestina
internasional | umum

Inggris, Australia, & Kanada Resmi Akui Negara Palestina

Hasa - 23 September 2025 19:35 WITA
IMG
Bendera Palestina (HO)

POJOKNEGERI.COM -  Gelombang pengakuan negara Palestina oleh sejumlah negara Barat seperti Inggris, Kanada, dan Australia telah mengguncang panggung diplomasi.

Pada hari Minggu, dunia dikejutkan oleh pengumuman serentak dari London, Canberra, dan Ottawa. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan bahwa langkah ini diambil untuk "menghidupkan kembali harapan perdamaian" dan mempromosikan solusi dua negara.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menegaskan keputusan itu mengakui "aspirasi sah dan lama rakyat Palestina untuk memiliki negara sendiri," sementara Perdana Menteri Kanada Mark Carney menawarkan "kemitraan untuk membangun masa depan yang damai."

Keputusan ini sangat signifikan karena ketiga negara ini adalah anggota G7, kelompok ekonomi maju yang selama ini cenderung selaras dengan kebijakan AS. Dengan Portugal dan mungkin Prancis akan segera bergabung, ini adalah sinyal jelas bahwa dukungan diplomatik terhadap Palestina kini semakin menguat di tingkat global.

Pengakuan ini memicu dua respons yang sangat berbeda.

Dari Pihak Palestina: Presiden Mahmoud Abbas menyambut baik langkah ini, menyebutnya sebagai "langkah penting dan perlu menuju tercapainya perdamaian yang adil dan abadi." Bagi Palestina, ini adalah kemenangan besar di panggung diplomatik, sebuah validasi dari perjuangan mereka selama puluhan tahun.

Dari Pihak Israel: Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam keras pengakuan tersebut. Ia menyebut langkah itu "absurd" dan memperingatkan bahwa hal itu akan "membahayakan keberadaan Israel." Reaksi ini mencerminkan pandangan bahwa pengakuan sepihak akan menghambat proses negosiasi.

Reaksi yang kontras ini menunjukkan betapa sensitif dan pentingnya langkah ini dalam dinamika konflik.

Pengakuan oleh tiga negara Barat ini bukan sekadar simbolis. Ini adalah tamparan diplomatik bagi Israel dan menempatkan sekutu terdekat mereka, Amerika Serikat, dalam posisi yang sulit.

(*)

Berita terkait