POJOKNEGERI.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyebut PT Pertamina (Persero) bermalas-malasan membangun kilang minyak baru sehingga membuat negara merugi.
Pernyataan Purbaya ini lantas mendapat tanggapan dari Pertamina.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono berkata Pertamina punya proyek pembangunan kilang.
Salah satu kilang minyak yang saat ini dalam proses pembangunan yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang masih terus dikembangkan.
"Kalau dibilang Pertamina enggak bangun kilang, bangun kilang. Balikpapan akan segera selesai, (kapasitas produksi) naik dari 260 ribu (barel per hari) ke 360 ribu," kata Agung di JW Marriott, Jakarta, Jumat (3/10), dilansir detik.
Menurutnya, kilang minyak itu sudah 96 persen selesai. Proyek itu bernilai US$7,4 miliar dan ditargetkan mulai berproduksi tahun ini.
Agung menyampaikan investasi di proyek kilang harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain nilai investasi besar, ada risiko tinggi dan kondisi oversupply kilang di dunia.
Ia berkata semakin banyak kilang baru yang selesai dibangun. Kilang-kilang ini lebih kompetitif dan efisien, membuat kilang-kilang lama terpaksa ditutup.
Pertamina pun menerapkan kehati-hatian yang tinggi dalam proyek pengembangan kilang minyak. Mereka membuktikannya melalui proyek di Balikpapan.
"Ini menunjukkan bahwa Pertamina menjalankan dorongan dari pemerintah, namun dengan penuh kehati-hatian mempertimbangkan resiko yang ada," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Purbaya menyebut Pertamina malas-malasan membangun kilang. Menurutnya, hal ini membuat Indonesia rugi besar.
"Jadi kilang itu bukan kita enggak bisa bikin atau kita enggak bisa bikin proyeknya, cuman pertaminanya malas-malesan saja," kata Purbaya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/10/2025) lalu
Dampak dari besarnya impor, subsidi BBM terus membengkak karena volume impor BBM terus naik dari tahun ke tahun. Tingginya impor BBM juga berdampak buruk pada neraca perdagangan Indonesia.
(*)