POJOKNEGERI.COM - Lebih dari 100 organisasi bantuan dan kelompok hak asasi manusia, memperingatkan kelaparan massal sedang menyebar di Gaza.
Pernyataan dengan 111 penandatangan organisasi kemanusiaan menyatakan, lebih dari dua juta orang di Gaza menghadapi kekurangan pangan dan kebutuhan pokok yang parah setelah 21 bulan perang di Gaza.
Ini disampaikan pada Rabu (23/7) menjelang kunjungan utusan utama Amerika Serikat ke Eropa untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan koridor bantuan di Gaza.
PBB mengatakan pada hari Selasa (22/7), bahwa pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina, yang berusaha mendapatkan bantuan pangan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Israel mulai beroperasi pada akhir Mei.
Pemberitaan AFP, Rabu (23/7/2025), sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh 111 organisasi kemanuasiaan, termasuk Dokter Lintas Batas (MSF), Save the Children, dan Oxfam, memperingatkan bahwa "rekan-rekan kami dan mereka yang kami layani semakin lemah".
Kelompok-kelompok kemanusiaan tersebut menyerukan gencatan senjata segera, pembukaan semua perlintasan darat, dan masuknya bantuan secara bebas melalui mekanisme yang dipimpin PBB.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Hari Rabu, Jalur Gaza menderita kelaparan massal buatan manusia yang disebabkan oleh blokade bantuan ke wilayah kantong Palestina tersebut.
Ia berbicara menyusul seruan lebih dari 100 lembaga bantuan yang memperingatkan akan kelaparan di Gaza sementara berton-ton makanan, air bersih, dan pasokan medis terbengkalai di luar wilayah tersebut.
"Saya tidak tahu apa yang akan Anda sebut selain kelaparan massal, dan itu buatan manusia, dan itu sangat jelas," kata Tedros dalam konferensi pers virtual yang disiarkan langsung dari Jenewa, melansir Reuters 24 Juli
"Ini karena blokade," tegasnya.
Pusat-pusat penanganan malnutrisi penuh tanpa pasokan yang cukup untuk makanan darurat, tambah WHO, karena krisis kelaparan diperparah oleh runtuhnya jaringan bantuan dan pembatasan akses.
Tedros juga mengatakan PBB dan mitra kemanusiaannya tidak dapat mengirimkan makanan selama hampir 80 hari antara Maret hingga Mei, dan dimulainya kembali pengiriman masih belum memadai.
Situasinya sangat buruk, ujarnya dan pejabat WHO lainnya, dengan sekitar 10 persen orang yang di-skrining mengalami malnutrisi berat atau sedang, dan hingga 20 persen ibu hamil.
(*)