POJOKNEGERI.COM - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) terus memperkuat perdagangan nikel melalui bursa berjangka di Indonesia.
Kepala Bappebti Tirta Karma Senjaya mengatakan, sebagai produsen sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia harus mengoptimalkan perdagangan nikel untuk meningkatkan pendapatan negara.
Bappebti siap membentuk harga acuan nikel untuk mengoptimalkan perdagangan nikel yang juga merupakan komoditas unggulan Indonesia.
"Saat ini, harga nikel masih mengacu pada bursa luar negeri sehingga diperlukan harga referensi sendiri," ujar Tirta dalam keterangan di Jakarta, dikutip Sabtu 1 Februari 2025.
Ia melanjutkan, salah satu instrumen untuk mewujudkannya adalah melalui Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK). Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong hilirisasi, penguatan pasar dalam negeri, peningkatan pasar ekspor, serta menumbuhkan lebih banyak pelaku usaha.
Nikel sangat berpotensi menjadi subjek kontrak berjangka di Bursa Berjangka Indonesia, karena komoditas ini memiliki tingkat fluktuasi harga yang tinggi, sehingga ideal untuk diperdagangkan di pasar berjangka.
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) membeberkan fakta bahwa sejatinya Indonesia memiliki pengaruh besar terhadap pasar nikel dunia.
Tercatat, sepanjang tahun 2023-2024 lalu, nikel Indonesia menguasai hingga 65% pasar nikel dunia.
"Jadi sebenarnya nikel kita di Indonesia ini kan sudah jadi penentu dunia ya, terutama di tahun 2023 dan 2024 kita sudah memegang market size di atas 60%, ada yang 63% sampai 65%, khususnya nikel produksi Indonesia," kata Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey dilansir dari CNBC
Meidy menyebut, produksi nikel olahan dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Indonesia meningkat 30% pada 2024 dibandingkan 2023. Peningkatan ini terutama dari produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan nickel matte.
"Mungkin kalau kita lihat dulu di tahun 2023, kenaikan signifikannya output produksi dari nikel MHP, kemudian nickel matte, itu dari 2023 ke 2024 memang ada kenaikan sampai 30% dari kapasitas produksi," ujarnya.
Dia menyebut, meningkatnya produk nikel olahan di Tanah Air juga sejalan dengan tingginya produksi bijih nikel.
Pada 2024, lanjutnya, produksi bijih nikel RI tercatat nyaris 300 juta ton, tepatnya 298,49 juta ton.
"Kita lihat kemarin di tahun 2024 hampir 300 juta (ton), ini untuk nikel. Kemudian di tahun 2024 update per hari ini sudah sampai 298.489.000. Hampir 300 juta (ton) juga ya, 298 juta (ton) lebih," jelas Meidy Katrin Lengkey. CNBC
Tingginya produksi bijih nikel juga turut berdampak pada melimpahnya produksi nikel olahan dari smelter dalam negeri.
Akibatnya, produk nikel logam RI pun membanjiri pasar global.
Ujungnya, ini berdampak pada melemahnya harga nikel di pasar dunia.
Pada awal Januari 2025 lalu misalnya, dilansir dari London Metal Exchange (LME) pada Jumat (10/1/2025), harga nikel dunia kontrak tiga bulan ditawarkan sebesar US$ 15.610 per ton.
(*)